Entri yang Diunggulkan

ARTIKEL "TERKONTAMINASI ZAMAN"

TERKONTAMINASI ZAMAN Oleh: Iis Ihsani “Kemajuan tidaklah mungkin tanpa perubahan, dan orang yang tidak mengubah pikirannya takkan mampu...

Minggu, 21 Februari 2016

CERPEN CAMPBER STORY

Created by: IIS IHSANI

Pada suatu hari, di salah satu sekolah favorit tepatnya di SMA Negeri 1, akan mengadakan Campber yakni Camping bersama dalam rangka acara tahunan yang diadakan oleh sekolah tersebut.
“Assalammualaikum, anak-anak minggu depan kita akan melaksanakan program tahunan sekolah kita yaitu Campber atau Camping bersama yang akan dilangsungkan di Bumi Perkemahan Cicerem.” Papar seorang guru yang menjadi Pembina Pramuka di SMA Negeri 1.
“Rain, kamu mau ikut acara Campbernya?” Bisik teman sebangku Rain, Andien Karamoy.
“Hm.. Aku enggak tahu. Kamu mau ikut, Ndien?” Ucap Rain.
“Ikut aja yuk, pasti seru acaranya.” Ajak Andien kepada Rain.
“Oke deh, nanti aku tanya Mama dan Papa aku dulu ya.” Jawab Rain sambil tersenyum.
(Di rumah)
“Assalammualaikum.. Mama.. Papa...” Sapa Rain kepada orang tuanya sambil membuka pintu rumahnya.
“Waalaikumsallam, sayang. Ada apa, Rain?” Tanya Mama kepada Rain dengan penuh rasa penasaran.
“Ma.. Rain boleh ga ikut acara Campber di sekolah?” Tukas Rain.
“Memang kamu mau Campber dimana, Rain?” Tanya Mama kepada anaknya.
“Di bumi perkemahan Cicerem, Ma.” Jawab Rain. “Boleh kan, Ma?” Tanya Rain kepada Mamanya.
“Memang teman-teman banyak yang ikut enggak?” Tanya Mama lagi.
“Banyak, Ma.” Ujar Rain.
“Yasudah boleh sayang, asal kamu di sana hati-hati ya.” Ucap Mama sambil tersenyum kepada Rain.
“Makasih ya, Ma.” Ungkap Rain sambil memeluk Mamanya.

(Satu hari sebelum Campber dilaksanakan. Di sekolah)
“Ndien, aku diizinin ikut Campber sama Mama.” Ujar Rain senang.
“Aku juga, Rain. Nanti kita bareng ya kelompoknya, Ndien.” Ucap Andien sambil tersenyum.
“Oke deh.” Jawab Rain singkat.
“Kamu udah mempersiapkan barang bawaan untuk Campber belum, Rain?” Tanya Andien kepada Rain.
“Belum, Ndien. Mungkin nanti malam.” Jawab Rain.
(Di rumah, suatu sore Rain online membuka akun facebook-nya lalu Rain melihat teman obrolan dan pandangan dia langsung tertuju pada salah satu nama akun facebook)
“Fahri Firdaus..” Ucap Rain sambil memandangi layar handphone-nya yang sedang online.
Rain mencoba menghubungi Fahri melalui pesan facebook, kemudian Rain mengetikkan pesannya melalui keypad handphone-nya,

To: Fahri Firdaus (Online)
Ciye.. besok Campber ya? Kamu mau ikut engga Campber-nya?
 
 




“Duuuh... kira-kira Fahri balas pesan aku enggak ya?” Ucap Rain ragu. “Hm, sudahlah aku coba saja.” Tambah Rain berbicara sendiri sambil mengirimkan pesan yang sudah diketiknya kepada Fahri.
Setelah pesan tersebut terkirim kepada Fahri, Rain tak henti-hentinya online di akun facebook-nya dengan harapan bahwa Fahri akan membalas pesannya.
(Beberapa saat kemudian)
“Ada pesan nih, dari siapa ya?” Ucap Rain sedikit deg-degan.

From: Fahri Firdaus
Iya ciye, besok Campber. Pasti ikut dong.
 
Ternyata pesan tersebut dari Fahri dan sontak membuat hati Rain senang.


Rain dan Fahri terus chatting di facebook dan akhirnya mereka semakin dekat.
(Keesokan harinya, di Sekolah)
“Hei, Rain..” Sapa seorang laki-laki kepada Rain.
“Hei, Fahri.” Jawab Rain sambil tersenyum. “Ciyee, hari ini Campber ya.” Ucap Fahri setengah tertawa.
“Iya, Fahri.” Tukas Rain kepada Fahri.
(Beberapa saat kemudian)
“Assalammualaikum.. anak-anak sekarang kita akan berangkat dan melaksanakan Campber. Kalian sudah siap?” Papar seorang guru yang menjadi pembina pramuka, Pak Suryanto.
“Walaikumsallam. Siap, Pak.” Jawab anak-anak serentak penuh semangat.
“Sebelum berangkat, marilah kita berdoa. Berdoa.. mulai!” Ajak Pak Suryanto kepada semua siswa. “Selesai.” Ucap Pak Surya setelah beberapa saat.
“Silakan kalian naik ke mobil sesuai dengan regu masing-masing.” Tambah Pak Suryanto.
“Iya pak.” Timpal anak-anak serentak.
(di Bumi Perkemahan)
“Duh.. jalannya curam banget.” Ucap Rain sambil memandang jalan menuju bumi perkemahan yang berada di atas bukit.
“Iya, Rain. Barang bawaannya banyak banget lagi.” Timpal Andien yang ada di sampingnya.
“Dasar ya perempuan, ribet. Campber aja bawaannya banyak banget kayak orang mau pindahan segala dibawa.” Terdengar suara Fahri dengan nada meledek Rain dan Andien.
“Suka-suka dong, kan persediaan. Biar semuanya aman terkendali.” Tukas Andien kepada Fahri.
“Fahri, kamu kan laki-laki. Tolong dong bantuin kita bawa separuh barang bawaan kita ke atas. Kita kan perempuan” Bujuk Rain kepada Fahri.
“Enak aja, enggak mau ah berat. Suruh siapa kamu membawa barang bawaan banyak-banyak.” Sanggah Fahri dengan sedikit meledek lalu pergi menuju bumi perkemahan.
“Dasar nyebeliiiiiin...” Ucap Rain dan Andien bersamaan.
(Setibanya di atas bukit tepatnya di tempat bumi perkemahan Rain duduk beristirahat)
“Beraaat yaa? Kasian. Kayaknya kecapean banget.” Terdengar suara Fahri yang sedang tertawa sambil meledek Rain.
“Ih apaan sih Fahri, kamu jahat banget tertawa di atas penderitaan orang lain, bukannya bantuin malah ngeledekin.” Ungkap Rain dengan nada sedikit kesal.
“Maaf deh, sini aku bantuin.” Ucap Fahri sambil tersenyum.
“Bantuin apa? Telat lah.. udah ada di atas juga.” Ujar Rain ketus.
“Haha.. Rain Rain.. Lucu ya kamu ini.” Ungkap Fahri sambil tertawa dan pergi meninggalkan Rain.
(Semakin hari Rain semakin kepikiran dengan Fahri, karena sikapnya yang aneh kepada Rain)
“Fahri mana yaaa?” Tanya Rain di dalam hati sambil menoleh-noleh mencari Fahri.
“Eh.. eh.. Si Fahri sakit ya? Kasian banget. Dia kayaknya kecapean deh.” Ucap Tia yang sedang mengobrol dengan temannya, Gita.
“Iya, Ti. Kasian, kamu bawain makanan dan obat sana ke tenda darurat untuk Fahri.” Ujar Gita kepada Tia.
Rain tidak sengaja mendengar obrolan Gita dan Tia.
“Tia sepertinya menyukai Fahri.” Ucap Rain di dalam hati.
Sempat terbersit dalam hati Rain untuk mengunjungi Fahri namun dia takut bertemu dengan Gita ataupun Tia saat Rain mengunjungi Fahri.
“Apa aku kunjungi Fahri aja ya, tapi kalau ketemu Gita dan Tia pasti ribet urusannya.” Lagi-lagi Rain berbicara di dalam hati.
“Heii..” Suara Andien mengagetkan Rain yang sedari tadi sedang melamun.
“Eh.. Andien.” Jawab Rain.
“Kok kamu melamun sih?” Tanya Andien sambil menatap Rain.
“E..e.. engga kok, Ndien. Habis dari mana kamu baru kelihatan?” Tanya Rain.
“Itu habis dari tenda darurat.” Jawab Andien singkat.
“Te.. tenda darurat?” Tanya Rain penasaran.
“Iya, Rain. Eh, tadi kamu ditanyain tuh sama Fahri.” Tukas Andien kepada Rain.
“Hah? Fahri? Dia nanyain aku?” Timpal Rain kepada Andien seolah tidak percaya.
“Iya.. dia nanyain kamu. Kamu enggak mau nengokkin dia?” Tanya Andien.
“Mmm.. mau sih, tapii...” Ungkap Rain menggantung.
“Tapi apa Rain?” Tanya Andien heran.
“Kayaknya Tia suka sama Fahri deh, Ndien.” Ujar Rain.
“Tia?” Tanya Andien.
“Iya, Ndien. Tadi aku denger Gita dan Tia ngobrol. Aku juga pengen nengokkin Fahri hanya saja aku takut mereka lihat aku lalu marah dan bakalan ribet urusannya” Ungkap Rain.
“Ih enggak usah mikirin mereka, biarin aja toh lagian juga Fahri sendiri yang nanyain kamu. Kayaknya dia suka deh Rain sama kamu.” Papar Andien kepada Rain serius.
“Masa sih, Ndien?” Tanya Rain tidak percaya.
“Ya aku juga enggak tahu sih iya atau enggaknya.” Tukas Andien. “Yasudah yuk ke tenda darurat.” Ajak Andien kepada Rain sambil menggandeng tangan Rain.
(Di tenda darurat)
“Fahri, kamu sakit” tanya Rain kepada Fahri.
“Ya begitulah, Rain. Badanku kurang bisa beradaptasi, di sini dingin banget.” Papar Fahri kepada Rain. “Kamu kemana aja sih Rain, aku nungguin kamu ke sini dari tadi.” Ungkap Fahri.
“Aku baru tahu kamu sakit kata Andien.” Ucap Rain kepada Fahri.
“Aku butuh kamu tahuuu.” Ungkap Fahri kepada Rain sambil tersenyum.
“Kamu butuh aku, kenapa?” Tanya Rain penasaran.
“Yaa aku butuh kamu, Rain. Kamu itu sahabatku.” Timpal Fahri serius.
“Sahabat kamu? Sejak kapan aku jadi sahabatmu?” Tanya Rain polos.
“Sejak detik ini, kamu adalah sahabatku. Memang kamu enggak mau jadi sahabat aku?” Tanya Fahri kepada Rain.
“Iya mau kok Fahri.” Timpal Rain kepada Fahri, yang sebenarnya menginginkan hubungannya dengan Fahri tidak sebatas sahabat namun lebih. Tapi apalah daya, Rain tak mungkin mengungkapkan isi hatinya kepada Fahri.
“Aku sebenarnya sayang sama kamu, Rain. Namun aku enggak mau pacaran sama kamu, tapi aku janji pada diriku sendiri, aku akan datang dan menjadi masa depan kamu, Rain.” Ucap Fahri dalam hati.
“Terima kasih ya, Rain. Sahabatku.” Tukas Fahri kepada Rain setengah tertawa.

-Selesai- (Egois itu ketika kamu menyimpan rasamu sendiri *Rain*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar