Created by: IIS IHSANI
Di
suatu pagi yang cerah, seorang gadis perempuan telah terbangun dari tidurnya
yang penuh dengan impian, Adelia Destiarinjani. Tepat pada hari itu Adel akan
menerima hasil Ujian Nasionalnya di SMP.
“Del,
siap-siapnya cepat nanti kamu kesiangan loh!” Seru suara seorang wanita yang
berbicara kepada anaknya. Dia Ibu dari Adelia, Karlina Rinjani.
Adel
yang sejak tadi hanya memandangi dirinya di depan cermin kamarnya spontan
merasa kaget mendengar suara Mamanya di luar kamar. “Iya, Ma sebentar ini juga
Adel lagi siap-siap.” Jawab Adel setengah berteriak.
“Hari
ini, pembagian hasil Ujian Nasional. Aku lulus enggak ya?” Adel bertanya kepada
dirinya sendiri yang sejak tadi ia perhatikan di dalam cermin. “Duuh, rasanya
deg-degan. Aku takut hasilnya mengecewakan Mama dan Papa.” Tambah Adel sembari
melamun dan terus memperhatikan bayangan dirinya dalam cermin.
“Deel..”
Sapa Mama Adel di balik pintu kamar sambil melemparkan senyuman pada Adel. “Kok
melamun sih? Tadi katanya lagi siap-siap.” Tanya Mama mendekati Adel.
“Hm,
engga kok, Ma. Adel enggak melamun. Ini Adel lagi siap-siap” Jawab Adel kepada
Mama dan Adel langsung bergegas seolah-olah sedang mempersiapkan peralatan
sekolah.
Mama
membalas ucapan Adel dengan sebuah senyuman “Hm, anak Mama sekarang udah pintar
bohong ya.” Ucap Mama sambil mencubit hidung Adel. “Mama tau kok apa yang lagi
Adel pikirin...” tambah Mama menggantung sontak membuat Adel mengalihkan
tatapannya kepada Mama yang masih melukis senyum di bibirnya.
“Maksud
Mama?” Tanya Adel kepada Mama heran.
“Adeeel,
kamu gausah khawatir bakal ngecewain Mama sama Papa. Kami tahu kemampuan dan
potensi kamu, sayang. Mama yakin hasil UN Adel akan sangat memuaskan dan
membuat Mama dan Papa bangga sama Adel.” Tukas Mama meyakinkan Adel.
Adel
tersenyum mendengar ucapan Mama “Iya, Ma. Makasih Mama.” Ucap Adel sambil
memeluk Mamanya. “Maafin Adel ya Ma, tadi Adel sempat pesimis sama hasil UN
Adel. Adel hanya takut mengecewakan Mama dan Papa, Adel gamau.”
“Iya
sayang, wajar jika kamu merasa seperti itu. Yaudah ayo cepat kamu sarapan dan
berangkat sekolah nanti kesiangan.” Timpal Mama kepada Adel.
“Iya
siap, Ma.” Jawab Adel langsung menggendong tasnya menuju ruang makan untuk
sarapan.
“Makan
yang banyak ya Del biar kenyang dan ga sakit.” Sahut Mama kepada Adel.
(beberapa
saat kemudian)
“Ma,
Adel berangkat dulu ya Assalammualaikum.” Ucap Adel sembari mencium tangan
Mamanya.
“Iya
sayang hati-hati ya, semoga hasilnya memuaskan dan membanggakan.
Waalaikumsallam.” Jawab Mama sambil mengusap kepala Adelia.
(di
sekolah)
“Adeeeeeel....”
suara teriakan seorang perempuan di belakang Adel.
Adel
menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang “Hey Winda.. Ada apa win?”
tanya Adel kepada teman sekelasnya itu.
“Gimana
Del kamu udah siap belum sama kabar di hari ini?” tanya Winda sembari
tersenyum. “Semoga kita lulus dengan hasil yang memuaskan ya.” Winda
menambahkan ucapannya dengan merangkul Adel.
“Insya
Allah siap, Win. Toh siap enggak siap pun hasilnya akan diumumkan hari ini. Iya
Win semoga saja ya, aku juga berharap seperti itu. Yasudah ayo kita masuk
kelas, Win sebentar lagi mau masuk.” Timpal Adel kepada Winda.
“Iya
ayo Del.” Jawab Winda.
(di
dalam kelas)
Semua
siswa di kelas Adel tepatnya kelas 9B sudah duduk rapi di bangkunya
masing-masing, sebagian dari mereka ada yang terlihat tegang, senang, takut,
dan ada pula yang biasa saja.
“Assalammualaikum..”
ucap seorang guru yang memasuki kelas Adel, Ibu Rina. Beliau merupakan wali
kelas Adel.
“Waalaikumsallam”
jawab semua siswa serentak dan terlihat semakin tegang.
“Oke
hari ini, Ibu akan mengumumkan hasil Ujian Nasional yang sudah kalian
laksanakan beberapa waktu lalu. Semoga hasil UN ini akan menjadi pemacu
motivasi untuk hidup kalian ke depannya. Langsung saja Ibu akan membagikan
hasil UN kalian yang ada di dalam sebuah amplop, berdoalah semoga hasilnya
memuaskan dan sesuai dengan harapan kalian.” Papar Ibu Rina.
Satu
persatu nama siswa disebutkan sesuai absensi.
“Adelia
Destiarinjani.” Panggil Ibu Rina.
“Hadir,
Bu.” Sahut Adel sembari mendekati Ibu Rina untuk mengambil amplop yang berisi
hasil UN-nya.
“Gimana
del?” tanya seorang teman Adel, Gisella.
“Aduh,
Gis. Aku takut..” jawab Adel sedikit gugup.
“Yakin
Del, yakin. Ayo dibuka hasilnya.” Timpal Gisella sembari tersenyum kepada Adel.
“Iya
Gis makasih.” Sahut Adel dengan perlahan-lahan membuka amplop itu.
“Subhanallah, Alhamdulillah, Giseel aku lulus.” Ucap Adel langsung memeluk
Gisella.
“Alhamdulillah,
selamat ya Del.” Kata Gisella sambil tersenyum.
“Makasih
ya Gis, kamu juga selamat yaa” Jawab Adel.
“Alhamdulillah
anak-anak kalian semua lulus, selamat ya.” Suara Ibu Rina seolah meredam
keributan yang tadi mewarnai kelas. “Dan Ibu akan mengumumkan urutan peringkat
hasil UN di kelas ini.. Juara ke 3 diraih oleh Windari Titania, Juara ke 2
diraih oleeeeeh......” ucap Ibu Rina menggantung membuat semua siswa semakin
deg-degan. “Adelia Destiarinjani..”
“Adeeeeel,
selamat yaaaa.” Ucap Gisella sambil memeluk Adel.
“Ini
serius Gis?” tanya Adel tak percaya.
“Iyalah
Del, kamu hebaaaaat” Tukas Gisell bangga.
“Selamat
ya Adel.” Sahut Ibu Rina sembari tersenyum. “dan juara kita yakni juara pertama
diraih oleeeeeh..... selamat Kevin Handoko.” Tambah Ibu Rina dengan bangga.
“Selamat
Keviiiiiiin.” Ucap semua siswa serentak.
“Makasih
teman-teman.” Jawab Kevin sembari tersenyum.
“Ibu
bangga sama kalian semua, untuk yang menjadi tiga besar selamat ya semoga bisa
mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi dan potensi kalian untuk ke
depannya.” Ucap Ibu Rina. “Semoga kalian semua sukses, terima kasih atas
perhatiannya. Wassalammualaikum wr.wb.” Tutup Ibu Rina sambil keluar kelas.
“Aamiin
terima kasih Ibu..” Sahut semua siswa.
Setelah
selesai, semua siswa diperkenankan untuk pulang ke rumahnya masing-masing.
(di
rumah)
“Assalammualaikum..
Mamaa Papaaaaa...” teriak Adel girang.
“Waalaikumsallam,
ada apa Adel? Kenapa teriak-teriak sih? Gimana hasilnya sayang?” tanya Mama tak
sabar.
“Hehe
Mama nanyanya borongan nih, Adel seneng Ma. Adel LULUS dan meraih juara 2
Mamaaaa. Makasih Mama.” Ucap Adel lalu memeluk Mama. “Semua ini ga akan lepas
dari doa Mama juga, Adel sayang Mama.” Tambah Adel.
“Alhamdulillah..
iya sayang, Mama bilang juga apa? Adel anak Mama ini adalah anak yang
membanggakan. Selamat ya sayang, Mama bangga sama kamu.” Jawab Mama sambil
memeluk dan mencium kening Adel.
(Beberapa
waktu berlalu, Adel berniat melanjutkan sekolahnya ke SMA favorit di kotanya
dan tiba waktu dimana Adel melaksanakan MOS)
“Mamaa..
Adel berangkat dulu ya, Ma.” ucap Adel sambil mencium tangan Mamanya.
Ibu
Karlina tersenyum dan sedikit tertawa melihat anaknya. “Kamu lucu banget Del.”
Ucap Mama kepada Adel.
“Iya
nih, Ma. Aneh banget ya? Habis kakak kelasnya ada-ada aja nih.” Sahut Adel
dengan sedikit menggembungkan pipinya. “yaudah Adel berangkat dulu ya Ma,
Assalammualaikum.”
“Waalaikumsallam,
hati-hati ya Del.” Tukas Mama.
(di
sekolah baru, tepatnya SMA. Adel dan semua teman-teman barunya dibimbing oleh
Kakak panitia MOS)
“Haiii
semuanya, apa kabar nih kalian semua?” sapa salah satu kakak OSIS di SMA,
Gilang.
“Kabar
baik, kakak.” Jawab semua calon siswa baru serentak.
(selama
kegiatan MOS berlangsung, ada yang memusatkan perhatian Adel)
“Age..”
ucap Adel dalam hati saat melihat seorang anak laki-laki yang mengikuti MOS
bersamanya. “dia lanjut sekolah di sini juga ternyata.” Adel seolah mengingat
akan sesuatu yang pernah ada di hidupnya.
Ya,
Age adalah seorang laki-laki yang pernah Adel cintai diam-diam saat masih SMP
dulu. Sepertinya sosok Adel tak dikenal oleh Age. Namun bukan karena Age
sombong, hanya saja Age merupakan seorang anak laki-laki pendiam dan tidak
banyak tingkah.
“Hei
Del..” terdengar suara seorang laki-laki.
“Hei..
kamu siapa? Kok tahu namaku?” tanya Adel heran.
Laki-laki
itu mengulurkan tangan kanannya ke arah Adel “kenalin, aku Zian Ramadhan. Iya
lah kan aku baca di papan nama kamu” jawab Zian.
Adel
langsung menoleh papan namanya “Oh iya hehe aku enggak sadar. Iya Zian salam
kenal, aku Adelia Destiarinjani.” Jawab Adel kepada Zian. Adel menoleh mencari
sosok laki-laki yang sejak tadi dipandanginya, Age. Namun Age sudah hilang dari
pelupuk mata.
“Hei
Adell...” sapa Zian sambil menggerakan tangannya ke depan muka Adel. “Cari apa
sih, Del?” tanya Zian penasaran.
“E..e..e..
enggak kok, gak cari apa-apa.” Jawab Adel gugup. “Yasudah aku masuk kelas dulu
ya, Zian.” Sahut Adel lalu masuk ke dalam kelas.
(di
dalam kelas, ternyata Adel sekelas dengan Age)
“Boleh
aku pinjam pulpennya?” tanya seorang laki-laki kepada Adel.
Adel
langsung menoleh ke arah suara tadi. “Age..” ucap Adel pelan.
“Kamu
tau nama aku?” tanya Age sembari tersenyum.
“mmm...
Kamu mau pinjam pulpen yang mana? Ini pulpennya.” Tukas Adel mengalihkan
pembicaraan karena merasa salah tingkah.
“Iya,
aku pinjam dulu ya.” Ucap Age.
“Dia
ga kenal aku? Dan dia ga ngajak aku kenalan?” tanya Adel kepada dirinya
sendiri, sontak membuat dia merasa sedih dan sedikit lesu dari sebelumnya.
(beberapa
waktu kemudian)
Adel
masih memasang wajah cemberutnya setelah kejadian tadi.
“Adelia...”
suara seorang laki-laki yang tadi meminjam pulpen Adel.
“Yaa...”
jawab Adel dan langsung menoleh dengan terkejut. Bagaimana tidak, Age memanggil
Adel.
“Ini
terimakasih ya pulpennya” Ucap Age kepada Adel sembari memberikan pulpen Adel.
“Oh
iya, sama-sama.” Jawab Adel dengan tersenyum.
(di
rumah)
Setelah
kejadian tadi, Adel lebih sering memikirkan Age. Akhirnya Adel mencoba membuka
Aplikasi Facebook yang ada dalam Iphone-nya, lalu ia menyentuh opsi “SEARCHING”
dengan memasukkan rangkaian kata “Age Hilman Lubis”.
“Duh
Ge, kenapa kita satu sekolah lagi? Apa aku bisa ngendaliin perasaan aku sama
kamu, padahal aku udah coba lupain rasa ini.” Ucap Adel melamun sambil
memandangi foto Age yang sejak tadi ia perhatikan di akun facebook Age.
(beberapa
saat kemudian)
“Del,
gimana seru enggak MOS dan sekolah barunya?” tanya Mama mengagetkan Adel yang
sedang membaca novel Marmut Merah Jambu karya penulis tersohor, Raditya Dika.
Adel
langsung menutup novelnya saat mendengar suara Mamanya “Yaa.. begitulah, Ma.
belum bisa dijelasin secara detail mengenai sekolah baru sih. Hanya saja acara
MOS nya bikin capek, tapi seru Ma. Di situ Adel bisa banyak belajar dari kakak
panitia MOS.” Jawab Adel dengan nada kurang semangat.
“Semoga
kamu bisa menjadi lebih baik lagi ya sayang.” Ucap Mama kepada Adel.
“Iya,
Ma.” Timpal Adel singkat.
“Yaudah
kamu lanjutin lagi tuh baca novelnya, Mama mau nyiram bunga di taman belakang
rumah. Tapi ingat jangan novel aja yang dibaca tapi baca buku pelajaran sekolah
juga ya.” Pesan Mama kepada Adel dan langsung pergi meninggalkan kamar Adel.
(beberapa
bulan berlalu, akhirnya tiba pada bulan Desember yakni bulan kelahiran Adel.
Adel merasa aneh dengan tingkah Age yang semakin hari seakan terus mencoba
mendekatinya. Namun tak hanya Age yang mencoba mendekati Adel, tapi Zian. Zian
lebih perhatian kepada Adel dibanding Age)
*di
sekolah*
“Hai,
Del.. kamu suka boneka enggak?” tanya Zian saat Adel sedang duduk di kantin
sekolah.
“Boneka?
Boneka apa, Ziy? Suka-suka aja sih. Emang kenapa?” tanya Adel penasaran.
“Kamu
suka boneka apa, Del?” tanya Zian lagi.
“Semua
boneka aku suka.” Jawab Adel singkat sambil terus meminum jus jeruk yang sejak
tadi sudah ia pesan di kantin.
“Oh..
Del ini semua biar aku yang bayar ya.” Timpal Zian sambil menunjuk semua
makanan yang ada di meja Adel. “Aku duluan ke kelas ya, Del.” Tukas Zian
terburu-buru dan membayar semua menu yang Adel pesan di kantin.
“Eh..
eh Zian, kok?” tanya Adel heran.
Zian
hanya menjawab dengan senyuman sambil mengacungkan jempolnya, lalu pergi
meninggalkan kantin.
“Hm,
aneh banget sih Zian.” Ucap Adel pelan.
(di
kelas)
Pandangan
Adel tertuju pada sesuatu yang ada di atas mejanya, sebuah kertas merah jambu
yang bertuliskan “Adel, semoga hari-hari kamu selalu menyenangkan ya agar aku
bisa selalu melihat senyuman manis kamu setiap hari. By: Age”
Sontak
Adel langsung menoleh ke arah Age dan ternyata Age pun sedang memperhatikan
Adel sejak tadi “Ini?” tanya Adel sambil mengisyaratkan kertas merah jambu itu
kepada Age.
Dan
Age hanya menjawab dengan anggukan. Tak bisa dipungkiri, itu membuat Adel
merasa sangat senang.
(pulang
sekolah)
“Del
pulang bareng yu.” Ajak Zian kepada Adel.
“Bareng?
Enggak deh Zi makasih aku enggak mau ngerepotin kamu.” Timpal Adel kepada Zian
merasa tak enak hati.
“Iya
udah ayo, Del. It’s Ok no problem.” Jawab Zian sembari senyum.
Tanpa
disadari, Age memperhatikan Adel dan Zian di pojok parkiran.
“Zian
perhatian banget sama Adel.” Ucap Age dalam hati.
(di
rumah)
Handphone
Adel berdering tanda ada panggilan masuk, dan Adel langsung menghampiri dan
mengambil handphone-nya.
“Zian?
Ada apa ya dia nelpon malam-malam begini?” tanya Adel sambil memandangi
handphone-nya yang sedari tadi ada panggilan masuk dari Zian. “Iya hallo Zian,
ada apa?” tanya Adel saat menerima panggilan dari Zian.
“Del,
aku pengen ngomong sesuatu sama kamu.” Ucap Zian serius.
“Ngomong
apa Zi? Ngomong aja.” Tanya Adel penasaran.
“Del,
jujur dari awal aku ketemu kamu, aku udah jatuh cinta sama kamu Del dan setelah
aku mengenal kamu lebih dekat, aku semakin jatuh cinta sama kamu. Aku pengen
kamu jadi kekasih aku, Del. Apakah kamu mau?” Ungkap Zian dengan nada sedikit
ragu dan penuh kehati-hatian.
Adel
termenung mendengar ucapan Zian. “Zian udah baik banget sama aku, aku ga
mungkin nyakitin hati dia, tapi aku enggak cinta sama Zian. Aku menganggap dia
hanya sebatas teman baikku.” Ucap Adel dalam hati.
“Kamu..
Kamu serius Zian?” tanya Adel kurang yakin.
“Iya
Del aku serius, malah duarius. Gimana Del, kamu mau kan?” tanya Zian.
“Hm,
yasudah kalau begitu. Iya aku mau Zi.” Jawab Adel sedikit ragu.
“Beneran
Del? Aku seneng banget, makasih ya Del. Aku sayang sama kamu, Del.” Ucap Zian
dengan girang.
“Iya,
Zi. Oh iya Zian udah dulu ya aku mau belajar lagi.” Ucap Adel dan langsung
menutup telepon.
Adel
merasa sakit dengan keputusannya sendiri, namun mau bagaimana lagi, Zian sudah
banyak berbuat baik kepadanya sehingga membuat Adel merasa tidak enak untuk
menolaknya.
“Ya
Allah... kenapa harus Zian?” tanya Adel setengah terisak. “Aku mencintai Age,
bukan Zian.” Tambah Adel tak terasa air matanya mengalir.
Beberapa
hari berlalu, Adel menjadi kekasih Zian. Zian sangat perhatian dan baik kepada
Adel, namun hati Adel tetap kokoh kepada satu nama, Age.
“Zi..
an..” ucap Adel sedikit terbata saat sedang bersama Zian sepulang sekolah.
“Iya,
Del.” Jawab Zian.
“Zi,
maafin aku ya sebelumnya. Aku rasa sepertinya kita sahabatan aja, aku merasa
kurang nyaman dengan status dan hubungan ini.” Papar Adel kepada Zian.
Ucapan
Adel sontak membuat Zian kaget dan mengerem motornya.
“Hah,
kenapa Del? Kamu enggak nyaman sama aku? Atau ada sikap dan ucapan aku yang
membuat kamu enggak nyaman?” tanya Zian dengan rasa sakit yang mengganjal di
hatinya.
“Enggak
ada kok Zi, aku hanya merasa bahwa kita akan lebih nyaman dan cocok jika
menjadi sahabat saja. Bukan sepasang kekasih. Maafin aku, Zi.” Ucap Adel
tertunduk merasa bersalah.
“Iya,
Del aku mengerti. Cinta memang enggak bisa dipaksakan, maafin aku ya Del jika
selama ini aku sudah membuat kamu enggak nyaman, benar apa kata kamu Del lebih
baik kita sahabatan aja.” Timpal Zian sembari tersenyum kepada Adel “Udah dong
gausah sedih gitu, aku mengerti kok Del.” Tambah Zian.
“Kamu
baik banget, Zi. Makasih ya kamu udah ngertiin aku.” Ucap Adel tersenyum kepada
Zian.
(beberapa
hari berlalu, tiba pada hari dimana umur Adel tepat 16 tahun. Read: 27 Desember
2014)
“Happy
birthday Adeeeeeel.” Teriak Mama dan Papa Adel pada malam hari di kamar Adel
saat Adel masih tertidur.
“uhh,
“ keluh Adel sambil mengucek matanya. “Mama Papaaaa.” Ucap Adel kaget melihat
Orang Tua nya yang sudah ada di dalam kamarnya sambil membawa Rainbow Cake yang
dihiasi lilin bertuliskan angka 16 sesuai umurnya saat itu. “Aaaahhh, makasih
Ma, Pa. Adel terharu.” Ujar Adel sambil memeluk kedua orang tuanya.
“Iya
sayang, selamat ya semoga umurnya berkah. Semua doa yang terbaik dari kami
untukmu.” Ucap Orang Tua Adel.
“Happy
birthday ya Adel.” Ucap suara yang mengejutkan Adel.
Adel
langsung menoleh kepada arah suara “Agee..” ucap Adel sambil tersenyum. “kok
kamu ada di sini, Ge? Kamu tahu aku hari ini ulang tahun, dan kamu tahu rumahku.
Tahu dari mana?” tanya Adel penasaran.
“Iya,
Adel.” Jawab Age singkat sembari tersenyum.
“Age
ke sini sama aku, Del.” Jawab Zian.
“Zian?”
timpal Adel heran.
“Iya
Del.” Ucap Zian “udah ayo cepetan tuh bilang.” Ujar Zian pelan kepada Age
sembari menyenggol Age seolah memberi isyarat kepada Age.
“Iya
nanti sabar sebentar Zi, aku malu nih.” Ungkap Age setengah berbisik kepada
Zian.
“Ah
lama banget sih, Ge.” Tukas Zian. “Del, ini si Age mau ngomong sama kamu.”
Tambah Zian kepada Adel.
Age
menyubit tangan Zian, “Usil banget sih kamu Zian.” Ucap Age berbisik kepada
Zian.
“Ada
apa sih Ge, Zi? Kayaknya serius banget sampe bisik-bisik begitu?” tanya Adel
kepada Age dan Zian dengan penuh rasa penasaran.
Mama
dan Papa Adel hanya tersenyum dan tertawa geli melihat tingkah kedua teman Adel
itu, Age dan Zian. Lalu mereka semua menuju ke ruang tamu, namun orang tua Adel
meninggalkan Adel dan teman-temannya untuk mengobrol.
(di
ruang tamu)
“Del..”
sapa Age gugup kepada Adel.
“Hm,
Del toilet dimana ya?” tanya Zian kepada Adel.
“Itu
Zi, kamu dari sini lurus aja terus nanti belok kanan, di situ.” Jawab Adel.
“Aku
ke toilet dulu ya Del, Ge.” Ucap Zian kepada kedua temannya.
(Zian
tidak pergi ke toilet melainkan dia memberikan kesempatan Age dan Adel
berbicara berdua)
“Heiiii
Zian..” suara seorang perempuan memanggil Zian sambil berbisik.
Zian
menoleh ke arah suara “Winda, Gisella, kalian di sini juga?” tanya Zian.
“Iya,
Zi. Kamu lagi apa di sini? Mau kasih surprise juga untuk Adel?” tanya Winda.
“Udaaah
dong.. itu aku lagi nganterin si Age.” Jawab Zian.
“Agee?”
tanya mereka serentak saling berpandangan heran.
“Iyaa..”
Jawab Zian
“Ngapain
dia ke sini Zi” tanya Gisel penasaran.
“Sssstttt...
kalian jangan berisik dong, kalo mau tau lihat aja tuh.” Jawab Zian sambil
menunjuk ke arah Age dan Adel yang sedang berbincang di ruang tamu.
“Oooohhhh...”
timpal Gisel dan Winda sambil terus memperhatikan Adel dan Age.
(di
ruang tamu)
“Oh
jadi kamu itu alumni SMP Negeri 1 juga, Del? Kok aku enggak tau ya?.” Tanya Age
dengan penuh penasaran kepada Adel.
“Iya
Age.. ah kamu ini kemana aja selama SMP. Aku kan anggota OSIS juga, masa kamu
enggak tahu aku sih.” Ujar Adel dengan nada sedikit kesal.
“Hehehe
iya Del, aku gatau.” Jawab Age sambil nyengir.
“eh
Del?” ucap Age menggantung dan terdengar serius.
“Iya
Age?” jawab Adel.
“Aku
mau bicara sesuatu sama kamu.” Ungkap Age sedikit kaku.
“Iya
apa, Ge?” tanya Adel penasaran.
“Aku
suka sama kamu, Del.” Tukas Age sedikit malu-malu.
“Kamu
suka sama aku, Ge?” Tanya Adel seolah tak percaya.
“Iya
aku suka sama kamu, Del. Aku mau jadi orang yang special di hari special kamu.”
Papar Age kepada Adel. “Maukah kamu jadi kekasih aku, Del? Bukan kekasihku saat
ini saja tetapi saat ini hingga nanti, aku ingin serius dengan kamu, Del.”
Tambah Age menjelaskan.
“Aku
mau jadi kekasih kamu, Ge. Sebenarnya aku udah menyukai kamu sejak lama ketika
kita masih SMP namun sepertinya kamu enggak mengenal aku.” Tukas Adel kepada
Age.
“Apa?
Kok kamu enggak ngomong sama aku, Del?” tanya Age kepada Adel.
(tiba-tiba)
“cie...cieee...cieeeeeee”
terdengar suara ledekan teman-teman Adel, Winda dan Gisella.
“Eh
kalian, Windaa... Gisell.. sejak kapan kalian di situ?” ujar Adel dengan nada
sedikit malu.
“Sejak
kalian berdua di situ hehe..” jawab Gisel nyengir.
“Selamat
ulang tahun yaa Adelia Destiarinjaniiiiii...” ucap Gisella dan Winda sambil
membawa Blackforest cake bertuliskan HAPPY BIRTHDAY ADEL dan mereka langsung
memeluk Adel.
“Makasih
banyak ya Gis, Win, aku sayang kalian...” tukas Adel kepada kedua sahabatnya.
“Iyaa
Adel cantik.. kalo sayang berarti bagi traktirannya dong.. ya ga Gis?” ledek
Winda kepada Adel. “berarti traktirannya dua nih Win, ulang tahun dan jadian..”
sahut Gisell sambil tertawa.
“Kalian
ini yaaa...” sambil mengacak-acak rambut kedua sahabatnya.
“Aku
juga kebagian traktiran dong yaa...” kata Zian tak mau kalah.
“Hahaha
kamu juga ga mau kalah ya Zi.” Sahut Age kepada Zian.
“Iya
dong...” jawab Zian setengah nyengir.
“Eh
Del, ini kado untuk kamu. Aku hampir lupa.” Ucap Age sambil memberikan
bingkisan berlapiskan kertas kado berwarna merah jambu bergambar hati.
“Makasih
ya, Ge.” Jawab Adel sambil tersenyum dan menerima kado dari Age.
“cie
so sweet banget, langgeng ya kalian..” sapa Gisel, Winda dan Zian kepada Adel
dan Age.
“Iya
aamiin, terima kasih ya semuanyaaaa.” Jawab Age dan Adel bersamaan.
Lalu
serentak mereka semua tertawa.
-The
End- *Happy Ending*