Entri yang Diunggulkan

ARTIKEL "TERKONTAMINASI ZAMAN"

TERKONTAMINASI ZAMAN Oleh: Iis Ihsani “Kemajuan tidaklah mungkin tanpa perubahan, dan orang yang tidak mengubah pikirannya takkan mampu...

Minggu, 21 Februari 2016

CERPEN CINTA YANG KANDAS

Created by: IIS IHSANI

Suatu hari, di ruang kelas 8B tepatnya salah satu kelas yang terdapat di SMP Negeri 1 terdengar sangat gaduh dan ramai karena tidak ada guru.
(tiba-tiba)
“Assalammualaikum.” Terdengar suara seorang guru masuk ke dalam kelas 8B dan spontan memecah kegaduhan yang ada di kelas tersebut.
“Waalaikumsallam.” Jawab anak-anak serentak.
“Anak-anak, kalian akan mempunyai teman baru. Dia pindahan dari SMP Negeri 2.” Papar Ibu Tina, wali kelas 8B.
“Waah.. siapa bu siapa?” Tanya anak-anak penasaran.
“Perempuan atau laki-laki bu.” Tanya salah satu anak, Rino.
“Laki-laki, Rino.” Jawab Ibu guru.
“Yaahh.. aku kira perempuan, Bu.” Ucap Rino setengah nyengir.
“Huuu.” Sorak seisi kelas kepada Rino.
“Murid barunya ganteng enggak, Bu?” Tanya Mira sedikit centil.
“Hm.. kamu ini.” Jawab Ibu Tina sambil menghela nafas.
(Ibu Tina menghampiri pintu dan memanggil murid tersebut untuk masuk dan memperkenalkan diri)
“Perkenalkan, nama saya Sammy Aprilio, panggil saja saya Sam. Saya pindahan dari SMP Negeri 2. Saya tinggal di Cikarang. Senang mengenal kalian.” Tukas Sammy sambil tersenyum kepada teman-teman barunya.
“Hai Sam, nama aku Mira. Salam kenal ya.” Ucap Mira sambil tersenyum.
“Iya, salam kenal juga ya Mira.” Jawab Sammy.
“Sammy, kamu duduk di sana dengan Edo.” Ucap Ibu guru kepada Sammy sambil menunjuk bangku bagian pojok sebelah timur.
“Iya, Bu.” Jawab Sammy, lalu ia langsung duduk dengan Edo.
“Oke anak-anak, kita mulai saja pelajaran kali ini.” Ucap Ibu Tina sambil membuka pelajaran Bahasa Indonesia.
“Eh, Ra.” Ujar Adel berbisik sambil menyenggol Tira. “Si Sammy tuh saudara aku tahu.” Tambah Adelia, teman sebangku Tira.
“Oh ya?” Jawab Tira dengan nada tak percaya. “Tapi kok enggak mirip sama kamu ya?” Ucap Tira setengah meledek Adel.
“Ah kamu ini, namanya juga saudara masa harus mirip kan aku sama dia bukan kembar.” Tukas Adel sedikit kesal.
“Hahahaha.” Jawab Tira sambil tertawa.
*tengtengteng* Suara lonceng tanda istirahat berbunyi, semua siswa terlihat menampakan wajah berseri bahagia.
(Tiba-tiba)
“Adeeeeel.” Terdengar suara seorang anak laki-laki menyapa Adel.
Adel menoleh ke arah suara tersebut, “Eh, Sammy.” Jawab Adelia.
“Del, aku pinjam jadwal pelajaran dong.” Ucap Sammy dengan mata sedikit melirik ke arah Tira yang sedang duduk di samping Adel sambil melemparkan senyum.
“Iya boleh, nanti sore kamu ke rumahku saja, Sam.” Ujar Adel.
“Iya, Del.” Ucap Sammy. “Aku boleh duduk bareng kalian” tambah Sammy kepada Adel dan Tira.
“Oh iya boleh.” Jawab Tira dan Adel.
“Hey.. Nama kamu siapa?” Tanya Sammy sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah Tira sambil tersenyum.
“Namaku Tira Shidqia.” Jawab Tira sambil membalas uluran tangan Sammy yang meminta berkenalan kepadanya.
“Senang berkenalan denganmu, Tira.” Ucap Sammy kepada Tira.
“Iya, Sam sama-sama.” Tukas Tira.
“Kalian istirahat enggak ke kantin, memang enggak lapar?” Tanya Sammy kepada Tira dan Adel.
“Emang kenapa, kamu mau traktir kita makan memangnya?” Ucap Adel bercanda.
“Memang kalian mau?” Tanya Sammy lagi.
“Ya mau dong, hahaha.” Jawab Adel.
“Yaudah ayo ke kantin, aku traktir.” Ajak Sammy yang sedari tadi memperhatikan Tira.
“Serius kamu, Sam? Pasti ada maunya ya traktir kita?” Tanya Adel curiga.
“Ya ampun, Del. Fikirannya negatif terus sih kalau sama aku.” Jawab Sammy membela diri.
“Habis biasanya kamu begitu.” Ledek Adel kepada Sammy.
“Kali ini enggak, Del. Aku ikhlas traktir kalian.” Ucap Sammy serius. “Ayo.” Tambah Sammy sambil berdiri dan mengajak Tira dan Adel menuju kantin.
(di kantin)
“Tir, kamu mau makan apa?” Tanya Sammy.
“Aku.. aku sih gimana kalian aja.” Jawab Tira sambil tersenyum.
“Aduh.. Tira aja nih yang ditawarin?” Tukas Adel dengan nada sedikit kesal dan meledek. “Wah, jangan jangan..” tambah Adel sambil nyengir.
“Ih apaan sih, Del.” Jawab Tira dan Sammy serentak sehingga membuat mereka saling berpandangan.
“Tuh kan bisa barengan gitu, ciee..” Ledek Adel kepada Tira dan Sammy.
“Ih Adel...” Ucap Tira dengan gemas sambil mencubit paha Adel.
Adel hanya tertawa melihat sahabatnya salah tingkah dan mukanya memerah.
(Di rumah, Tira sedang asyik mendengarkan musik kesukaannya. Lagu Fatin Shidqia Lubis-Dia Dia Dia tiba-tiba terdengar suara nada tanda pesan masuk di handphone-nya)

Dari: 082123******
Tira J
 
“Siapa ini yang sms?” Ucap Tira saat membaca pesan masuk di handphone-nya dengan nomor yang tidak tercantum di kontaknya.
                                       

Lalu Tira mengetikkan balasan kepada nomor tersebut “Maaf ini siapa?”
Beberapa waktu kemudian, terdengar suara tanda pesan masuk balasan dari nomor yang tidak dikenal tadi.
“Sammy.” Ucap Tira saat membaca pesan masuk di handphone-nya.
Setelah saling mengobrol satu sama lain lewat handphone akhirnya mereka semakin dekat begitupun ketika di sekolah.
(Pada suatu hari ketika di sekolah, tepatnya pulang sekolah)
“Ra..” Ucap Sammy kepada Tira.
“Iya, Sam. Ada apa?” Tanya Tira.
“Jangan pulang dulu, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Ujar Sammy dengan nada serius.
“Ngomong apa, Sam?” Tukas Tira penasaran.
Tiba-tiba Sammy langsung menggandeng tangan Tira untuk masuk ke dalam kelas.
(Di kelas)
“Tira..” Sapa Sammy dengan lembut.
“Iyaa.” Jawab Tira singkat.
“Ra, kamu mau enggak jadi pacar aku?” Ungkap Sammy sambil memegang tangan Tira.
“Mmmm... gimana ya?” Jawab Tira menggantung. “Maaf aku gabisa, Sam.” Tambah Tira dengan pelan.
“Kenapa, Ra?” Tanya Sammy dengan muka sedikit lesu dan sedih.
“Maksudnya.... Aku enggak bisa nolak.” Jawab Tira sambil tersenyum menatap muka Sammy.
“Tiraa... Kamu Serius?” Jawab Sammy terkejut sedikit tidak percaya.
“Iyaa.. Aku serius Sammy.” Papar Tira kepada Sammy sambil tersenyum manis.
“Makasih ya Tira, aku janji akan setia sama kamu.” Ucap Sammy sambil mencium tangan kanan Tira.
“Iya, Sam. Aku percaya kok.” Timpal Tira dengan hati senang.
(Semakin hari hubungan Tira dan Sammy semakin dekat, hingga tiba pada hari ulang tahun Tira ke 15 tahun, pada seminggu sebelum hari ulang tahun Tira, Sammy menjauhi dan sedikit cuek kepada Tira)
“Ra, nanti sepulang sekolah ke rumahku yuk.” Ucap Adel kepada Tira.
“Memang mau apa, Del?” Tanya Tira kepada Adel.
“Main laah, memang kamu gamau main ke rumah aku.” Timpal Adel dengan nada sedikit kesal.
“Enggak, bukannya gitu. Aku hanya sedang enggak enak hati hari ini, Del. Sammy sikapnya aneh, Del akhir-akhir ini.” Papar Tira kepada Adel.
“Mungkin dia lagi banyak pikiran atau masalah, Ra. Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, mending kamu hilangin penat dengan main ke rumah aku nanti siang, gimana?” Ajak Adel kepada Tira sembari menghibur Tira.
“Tapi Raa.... hari ini kan..” Ucap Tira kepada Adel, namun saat Tira belum selesai ngomong, Adel langsung memotong pembicaraannya.
“Hm.. yaudah ya Ra, aku mau pulang dulu. Aku duluan ya.” Tukas Adel dengan terburu-buru dan langsung meninggalkan Tira.
“Iya, Del. Hati-hati ya.” Jawab Tira.
(Siang harinya, Tira mengunjungi rumah Adel. Setibanya di rumah Adel)
“Assalammualaikum, Adeeel.. Adeeel..” Panggil Tira sambil mengetuk pintu rumah Adel yang nampak sepi bagai tak berpenghuni.
“Ih, Adel kemana sih? Katanya menyuruh aku ke rumahnya, tapi di rumahnya enggak ada siapa-siapa.” Gerutu Tira dengan nada kesal. “Aku telpon saja.” Ujar Tira sambil mengambil handphone di saku celananya.
“Duh, kok enggak dijawab sih.” Ucap Tira sambil memandangi layar handphone-nya.
Namun Tira masih penasaran dan akhirnya membuka pintu rumah Adel. Seketika lampu menyala dan ruang tamu Adel dihiasi banyak balon dan hiasan indah.
“Happy Birthdaaaaaaaay..” Teriak semua yang ada di dalam ruang tamu rumah Adelia.
Tira tidak menyangka bahwa dia akan diberi kejutan oleh semua teman sekelasnya. Namun di dalam ruangan itu Tira seperti mencari-cari sosok yang ia dambakan ada di situ.
“Hey.. kamu nyari apa sih?” Tanya Adel mengagetkan Tira.
“E..e..e.. Enggak kok, Del. Makasih ya kejutannya. Makasih semuanya.” Ungkap Tira kepada semua temannya.
(Tiba-tiba)
“Hey.. selamat ulang tahun sayang.” Terdengar suara lembut di telinga Tira sambil membawa Cake dan membuat Tira kaget.
Tira menoleh ke arah suara, “Sammy... aku kira kamu lupa sama hari ulang tahun aku.” Ucap Tira manja kepada Sammy.
“Hehe.. mana mungkin aku lupa. Maafkan aku sudah membuatmu kesal akhir-akhir ini, itu merupakan salah satu strategi kejutan hari ulang tahunmu.” Papar Sammy sambil mencubit pipi Tira.
“Kamu ini...” Timpal Tira mencubit tangan kanan Sammy.
(Beberapa hari berlalu, Tira menangkap ada yang aneh dari sikap Sammy, ya dia berubah drastis. Dia jarang memberi kabar dan kurang perhatian lagi kepada Tira)
“Sam, ada apa dengan kamu? Kok sepertinya akhir-akhir ini kamu berubah, sikap kamu aneh. Kamu jarang memberiku kabar, kamu enggak perhatian lagi sama aku.” Tanya Tira dengan serius menatap Sammy.
“Ra.. sepertinya hubungan kita tidak bisa dilanjutkan lagi. Aku minta maaf.” Ungkap Sammy sambil menunduk.
“Kenapa, Sam?” Tanya Tira dengan mata berkaca-kaca.
“Papaku pindah tugas ke luar kota, Ra. Dan aku ga bisa menjanjikan aku akan kembali ke kota ini lagi. Jadi lebih baik kita putus saja. Sekali lagi maafkan aku, Ra. Aku akan selalu mengingat kamu, kamu wanita pertama yang mengisi hati aku. Jangan lupain aku ya, Ra.” Ungkap Sammy sambil mengusap air mata di pipi Tira.
“Jika memang itu yang terbaik untuk kita, aku terima. Aku ga akan lupain kamu, kamu juga jangan lupain aku ya.” Ucap Tira sambil terisak tak mampu menahan tangisnya.
“Iya, Tira. Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Timpal Sammy.
“Iya, Sam. Aku juga ingin fokus dulu ke masa depan dan cita-citaku. Kalo kita jodoh, kita pasti bertemu lagi kok.” Jawab Tira sambil mencoba meredam tangisnya.
“Iya, Tira. Aku sayang kamu.” Ucap Sammy sambil mencium kening Tira dan memeluknya.

-Selesai-

CERPEN CAMPBER STORY

Created by: IIS IHSANI

Pada suatu hari, di salah satu sekolah favorit tepatnya di SMA Negeri 1, akan mengadakan Campber yakni Camping bersama dalam rangka acara tahunan yang diadakan oleh sekolah tersebut.
“Assalammualaikum, anak-anak minggu depan kita akan melaksanakan program tahunan sekolah kita yaitu Campber atau Camping bersama yang akan dilangsungkan di Bumi Perkemahan Cicerem.” Papar seorang guru yang menjadi Pembina Pramuka di SMA Negeri 1.
“Rain, kamu mau ikut acara Campbernya?” Bisik teman sebangku Rain, Andien Karamoy.
“Hm.. Aku enggak tahu. Kamu mau ikut, Ndien?” Ucap Rain.
“Ikut aja yuk, pasti seru acaranya.” Ajak Andien kepada Rain.
“Oke deh, nanti aku tanya Mama dan Papa aku dulu ya.” Jawab Rain sambil tersenyum.
(Di rumah)
“Assalammualaikum.. Mama.. Papa...” Sapa Rain kepada orang tuanya sambil membuka pintu rumahnya.
“Waalaikumsallam, sayang. Ada apa, Rain?” Tanya Mama kepada Rain dengan penuh rasa penasaran.
“Ma.. Rain boleh ga ikut acara Campber di sekolah?” Tukas Rain.
“Memang kamu mau Campber dimana, Rain?” Tanya Mama kepada anaknya.
“Di bumi perkemahan Cicerem, Ma.” Jawab Rain. “Boleh kan, Ma?” Tanya Rain kepada Mamanya.
“Memang teman-teman banyak yang ikut enggak?” Tanya Mama lagi.
“Banyak, Ma.” Ujar Rain.
“Yasudah boleh sayang, asal kamu di sana hati-hati ya.” Ucap Mama sambil tersenyum kepada Rain.
“Makasih ya, Ma.” Ungkap Rain sambil memeluk Mamanya.

(Satu hari sebelum Campber dilaksanakan. Di sekolah)
“Ndien, aku diizinin ikut Campber sama Mama.” Ujar Rain senang.
“Aku juga, Rain. Nanti kita bareng ya kelompoknya, Ndien.” Ucap Andien sambil tersenyum.
“Oke deh.” Jawab Rain singkat.
“Kamu udah mempersiapkan barang bawaan untuk Campber belum, Rain?” Tanya Andien kepada Rain.
“Belum, Ndien. Mungkin nanti malam.” Jawab Rain.
(Di rumah, suatu sore Rain online membuka akun facebook-nya lalu Rain melihat teman obrolan dan pandangan dia langsung tertuju pada salah satu nama akun facebook)
“Fahri Firdaus..” Ucap Rain sambil memandangi layar handphone-nya yang sedang online.
Rain mencoba menghubungi Fahri melalui pesan facebook, kemudian Rain mengetikkan pesannya melalui keypad handphone-nya,

To: Fahri Firdaus (Online)
Ciye.. besok Campber ya? Kamu mau ikut engga Campber-nya?
 
 




“Duuuh... kira-kira Fahri balas pesan aku enggak ya?” Ucap Rain ragu. “Hm, sudahlah aku coba saja.” Tambah Rain berbicara sendiri sambil mengirimkan pesan yang sudah diketiknya kepada Fahri.
Setelah pesan tersebut terkirim kepada Fahri, Rain tak henti-hentinya online di akun facebook-nya dengan harapan bahwa Fahri akan membalas pesannya.
(Beberapa saat kemudian)
“Ada pesan nih, dari siapa ya?” Ucap Rain sedikit deg-degan.

From: Fahri Firdaus
Iya ciye, besok Campber. Pasti ikut dong.
 
Ternyata pesan tersebut dari Fahri dan sontak membuat hati Rain senang.


Rain dan Fahri terus chatting di facebook dan akhirnya mereka semakin dekat.
(Keesokan harinya, di Sekolah)
“Hei, Rain..” Sapa seorang laki-laki kepada Rain.
“Hei, Fahri.” Jawab Rain sambil tersenyum. “Ciyee, hari ini Campber ya.” Ucap Fahri setengah tertawa.
“Iya, Fahri.” Tukas Rain kepada Fahri.
(Beberapa saat kemudian)
“Assalammualaikum.. anak-anak sekarang kita akan berangkat dan melaksanakan Campber. Kalian sudah siap?” Papar seorang guru yang menjadi pembina pramuka, Pak Suryanto.
“Walaikumsallam. Siap, Pak.” Jawab anak-anak serentak penuh semangat.
“Sebelum berangkat, marilah kita berdoa. Berdoa.. mulai!” Ajak Pak Suryanto kepada semua siswa. “Selesai.” Ucap Pak Surya setelah beberapa saat.
“Silakan kalian naik ke mobil sesuai dengan regu masing-masing.” Tambah Pak Suryanto.
“Iya pak.” Timpal anak-anak serentak.
(di Bumi Perkemahan)
“Duh.. jalannya curam banget.” Ucap Rain sambil memandang jalan menuju bumi perkemahan yang berada di atas bukit.
“Iya, Rain. Barang bawaannya banyak banget lagi.” Timpal Andien yang ada di sampingnya.
“Dasar ya perempuan, ribet. Campber aja bawaannya banyak banget kayak orang mau pindahan segala dibawa.” Terdengar suara Fahri dengan nada meledek Rain dan Andien.
“Suka-suka dong, kan persediaan. Biar semuanya aman terkendali.” Tukas Andien kepada Fahri.
“Fahri, kamu kan laki-laki. Tolong dong bantuin kita bawa separuh barang bawaan kita ke atas. Kita kan perempuan” Bujuk Rain kepada Fahri.
“Enak aja, enggak mau ah berat. Suruh siapa kamu membawa barang bawaan banyak-banyak.” Sanggah Fahri dengan sedikit meledek lalu pergi menuju bumi perkemahan.
“Dasar nyebeliiiiiin...” Ucap Rain dan Andien bersamaan.
(Setibanya di atas bukit tepatnya di tempat bumi perkemahan Rain duduk beristirahat)
“Beraaat yaa? Kasian. Kayaknya kecapean banget.” Terdengar suara Fahri yang sedang tertawa sambil meledek Rain.
“Ih apaan sih Fahri, kamu jahat banget tertawa di atas penderitaan orang lain, bukannya bantuin malah ngeledekin.” Ungkap Rain dengan nada sedikit kesal.
“Maaf deh, sini aku bantuin.” Ucap Fahri sambil tersenyum.
“Bantuin apa? Telat lah.. udah ada di atas juga.” Ujar Rain ketus.
“Haha.. Rain Rain.. Lucu ya kamu ini.” Ungkap Fahri sambil tertawa dan pergi meninggalkan Rain.
(Semakin hari Rain semakin kepikiran dengan Fahri, karena sikapnya yang aneh kepada Rain)
“Fahri mana yaaa?” Tanya Rain di dalam hati sambil menoleh-noleh mencari Fahri.
“Eh.. eh.. Si Fahri sakit ya? Kasian banget. Dia kayaknya kecapean deh.” Ucap Tia yang sedang mengobrol dengan temannya, Gita.
“Iya, Ti. Kasian, kamu bawain makanan dan obat sana ke tenda darurat untuk Fahri.” Ujar Gita kepada Tia.
Rain tidak sengaja mendengar obrolan Gita dan Tia.
“Tia sepertinya menyukai Fahri.” Ucap Rain di dalam hati.
Sempat terbersit dalam hati Rain untuk mengunjungi Fahri namun dia takut bertemu dengan Gita ataupun Tia saat Rain mengunjungi Fahri.
“Apa aku kunjungi Fahri aja ya, tapi kalau ketemu Gita dan Tia pasti ribet urusannya.” Lagi-lagi Rain berbicara di dalam hati.
“Heii..” Suara Andien mengagetkan Rain yang sedari tadi sedang melamun.
“Eh.. Andien.” Jawab Rain.
“Kok kamu melamun sih?” Tanya Andien sambil menatap Rain.
“E..e.. engga kok, Ndien. Habis dari mana kamu baru kelihatan?” Tanya Rain.
“Itu habis dari tenda darurat.” Jawab Andien singkat.
“Te.. tenda darurat?” Tanya Rain penasaran.
“Iya, Rain. Eh, tadi kamu ditanyain tuh sama Fahri.” Tukas Andien kepada Rain.
“Hah? Fahri? Dia nanyain aku?” Timpal Rain kepada Andien seolah tidak percaya.
“Iya.. dia nanyain kamu. Kamu enggak mau nengokkin dia?” Tanya Andien.
“Mmm.. mau sih, tapii...” Ungkap Rain menggantung.
“Tapi apa Rain?” Tanya Andien heran.
“Kayaknya Tia suka sama Fahri deh, Ndien.” Ujar Rain.
“Tia?” Tanya Andien.
“Iya, Ndien. Tadi aku denger Gita dan Tia ngobrol. Aku juga pengen nengokkin Fahri hanya saja aku takut mereka lihat aku lalu marah dan bakalan ribet urusannya” Ungkap Rain.
“Ih enggak usah mikirin mereka, biarin aja toh lagian juga Fahri sendiri yang nanyain kamu. Kayaknya dia suka deh Rain sama kamu.” Papar Andien kepada Rain serius.
“Masa sih, Ndien?” Tanya Rain tidak percaya.
“Ya aku juga enggak tahu sih iya atau enggaknya.” Tukas Andien. “Yasudah yuk ke tenda darurat.” Ajak Andien kepada Rain sambil menggandeng tangan Rain.
(Di tenda darurat)
“Fahri, kamu sakit” tanya Rain kepada Fahri.
“Ya begitulah, Rain. Badanku kurang bisa beradaptasi, di sini dingin banget.” Papar Fahri kepada Rain. “Kamu kemana aja sih Rain, aku nungguin kamu ke sini dari tadi.” Ungkap Fahri.
“Aku baru tahu kamu sakit kata Andien.” Ucap Rain kepada Fahri.
“Aku butuh kamu tahuuu.” Ungkap Fahri kepada Rain sambil tersenyum.
“Kamu butuh aku, kenapa?” Tanya Rain penasaran.
“Yaa aku butuh kamu, Rain. Kamu itu sahabatku.” Timpal Fahri serius.
“Sahabat kamu? Sejak kapan aku jadi sahabatmu?” Tanya Rain polos.
“Sejak detik ini, kamu adalah sahabatku. Memang kamu enggak mau jadi sahabat aku?” Tanya Fahri kepada Rain.
“Iya mau kok Fahri.” Timpal Rain kepada Fahri, yang sebenarnya menginginkan hubungannya dengan Fahri tidak sebatas sahabat namun lebih. Tapi apalah daya, Rain tak mungkin mengungkapkan isi hatinya kepada Fahri.
“Aku sebenarnya sayang sama kamu, Rain. Namun aku enggak mau pacaran sama kamu, tapi aku janji pada diriku sendiri, aku akan datang dan menjadi masa depan kamu, Rain.” Ucap Fahri dalam hati.
“Terima kasih ya, Rain. Sahabatku.” Tukas Fahri kepada Rain setengah tertawa.

-Selesai- (Egois itu ketika kamu menyimpan rasamu sendiri *Rain*)

CERPEN KISAHKU

Created by: IIS IHSANI

Di suatu pagi yang cerah, seorang gadis perempuan telah terbangun dari tidurnya yang penuh dengan impian, Adelia Destiarinjani. Tepat pada hari itu Adel akan menerima hasil Ujian Nasionalnya di SMP.
“Del, siap-siapnya cepat nanti kamu kesiangan loh!” Seru suara seorang wanita yang berbicara kepada anaknya. Dia Ibu dari Adelia, Karlina Rinjani.
Adel yang sejak tadi hanya memandangi dirinya di depan cermin kamarnya spontan merasa kaget mendengar suara Mamanya di luar kamar. “Iya, Ma sebentar ini juga Adel lagi siap-siap.” Jawab Adel setengah berteriak.
“Hari ini, pembagian hasil Ujian Nasional. Aku lulus enggak ya?” Adel bertanya kepada dirinya sendiri yang sejak tadi ia perhatikan di dalam cermin. “Duuh, rasanya deg-degan. Aku takut hasilnya mengecewakan Mama dan Papa.” Tambah Adel sembari melamun dan terus memperhatikan bayangan dirinya dalam cermin.
“Deel..” Sapa Mama Adel di balik pintu kamar sambil melemparkan senyuman pada Adel. “Kok melamun sih? Tadi katanya lagi siap-siap.” Tanya Mama mendekati Adel.
“Hm, engga kok, Ma. Adel enggak melamun. Ini Adel lagi siap-siap” Jawab Adel kepada Mama dan Adel langsung bergegas seolah-olah sedang mempersiapkan peralatan sekolah.
Mama membalas ucapan Adel dengan sebuah senyuman “Hm, anak Mama sekarang udah pintar bohong ya.” Ucap Mama sambil mencubit hidung Adel. “Mama tau kok apa yang lagi Adel pikirin...” tambah Mama menggantung sontak membuat Adel mengalihkan tatapannya kepada Mama yang masih melukis senyum di bibirnya.
“Maksud Mama?” Tanya Adel kepada Mama heran.
“Adeeel, kamu gausah khawatir bakal ngecewain Mama sama Papa. Kami tahu kemampuan dan potensi kamu, sayang. Mama yakin hasil UN Adel akan sangat memuaskan dan membuat Mama dan Papa bangga sama Adel.” Tukas Mama meyakinkan Adel.
Adel tersenyum mendengar ucapan Mama “Iya, Ma. Makasih Mama.” Ucap Adel sambil memeluk Mamanya. “Maafin Adel ya Ma, tadi Adel sempat pesimis sama hasil UN Adel. Adel hanya takut mengecewakan Mama dan Papa, Adel gamau.”
“Iya sayang, wajar jika kamu merasa seperti itu. Yaudah ayo cepat kamu sarapan dan berangkat sekolah nanti kesiangan.” Timpal Mama kepada Adel.
“Iya siap, Ma.” Jawab Adel langsung menggendong tasnya menuju ruang makan untuk sarapan.
“Makan yang banyak ya Del biar kenyang dan ga sakit.” Sahut Mama kepada Adel.
(beberapa saat kemudian)
“Ma, Adel berangkat dulu ya Assalammualaikum.” Ucap Adel sembari mencium tangan Mamanya.
“Iya sayang hati-hati ya, semoga hasilnya memuaskan dan membanggakan. Waalaikumsallam.” Jawab Mama sambil mengusap kepala Adelia.

(di sekolah)
“Adeeeeeel....” suara teriakan seorang perempuan di belakang Adel.
Adel menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang “Hey Winda.. Ada apa win?” tanya Adel kepada teman sekelasnya itu.
“Gimana Del kamu udah siap belum sama kabar di hari ini?” tanya Winda sembari tersenyum. “Semoga kita lulus dengan hasil yang memuaskan ya.” Winda menambahkan ucapannya dengan merangkul Adel.
“Insya Allah siap, Win. Toh siap enggak siap pun hasilnya akan diumumkan hari ini. Iya Win semoga saja ya, aku juga berharap seperti itu. Yasudah ayo kita masuk kelas, Win sebentar lagi mau masuk.” Timpal Adel kepada Winda.
“Iya ayo Del.” Jawab Winda.
(di dalam kelas)
Semua siswa di kelas Adel tepatnya kelas 9B sudah duduk rapi di bangkunya masing-masing, sebagian dari mereka ada yang terlihat tegang, senang, takut, dan ada pula yang biasa saja.
“Assalammualaikum..” ucap seorang guru yang memasuki kelas Adel, Ibu Rina. Beliau merupakan wali kelas Adel.
“Waalaikumsallam” jawab semua siswa serentak dan terlihat semakin tegang.
“Oke hari ini, Ibu akan mengumumkan hasil Ujian Nasional yang sudah kalian laksanakan beberapa waktu lalu. Semoga hasil UN ini akan menjadi pemacu motivasi untuk hidup kalian ke depannya. Langsung saja Ibu akan membagikan hasil UN kalian yang ada di dalam sebuah amplop, berdoalah semoga hasilnya memuaskan dan sesuai dengan harapan kalian.” Papar Ibu Rina.
Satu persatu nama siswa disebutkan sesuai absensi.
“Adelia Destiarinjani.” Panggil Ibu Rina.
“Hadir, Bu.” Sahut Adel sembari mendekati Ibu Rina untuk mengambil amplop yang berisi hasil UN-nya.
“Gimana del?” tanya seorang teman Adel, Gisella.
“Aduh, Gis. Aku takut..” jawab Adel sedikit gugup.
“Yakin Del, yakin. Ayo dibuka hasilnya.” Timpal Gisella sembari tersenyum kepada Adel.
“Iya Gis makasih.” Sahut Adel dengan perlahan-lahan membuka amplop itu. “Subhanallah, Alhamdulillah, Giseel aku lulus.” Ucap Adel langsung memeluk Gisella.
“Alhamdulillah, selamat ya Del.” Kata Gisella sambil tersenyum.
“Makasih ya Gis, kamu juga selamat yaa” Jawab Adel.
“Alhamdulillah anak-anak kalian semua lulus, selamat ya.” Suara Ibu Rina seolah meredam keributan yang tadi mewarnai kelas. “Dan Ibu akan mengumumkan urutan peringkat hasil UN di kelas ini.. Juara ke 3 diraih oleh Windari Titania, Juara ke 2 diraih oleeeeeh......” ucap Ibu Rina menggantung membuat semua siswa semakin deg-degan. “Adelia Destiarinjani..”
“Adeeeeel, selamat yaaaa.” Ucap Gisella sambil memeluk Adel.
“Ini serius Gis?” tanya Adel tak percaya.
“Iyalah Del, kamu hebaaaaat” Tukas Gisell bangga.
“Selamat ya Adel.” Sahut Ibu Rina sembari tersenyum. “dan juara kita yakni juara pertama diraih oleeeeeh..... selamat Kevin Handoko.” Tambah Ibu Rina dengan bangga.
“Selamat Keviiiiiiin.” Ucap semua siswa serentak.
“Makasih teman-teman.” Jawab Kevin sembari tersenyum.
“Ibu bangga sama kalian semua, untuk yang menjadi tiga besar selamat ya semoga bisa mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi dan potensi kalian untuk ke depannya.” Ucap Ibu Rina. “Semoga kalian semua sukses, terima kasih atas perhatiannya. Wassalammualaikum wr.wb.” Tutup Ibu Rina sambil keluar kelas.
“Aamiin terima kasih Ibu..” Sahut semua siswa.
Setelah selesai, semua siswa diperkenankan untuk pulang ke rumahnya masing-masing.
(di rumah)
“Assalammualaikum.. Mamaa Papaaaaa...” teriak Adel girang.
“Waalaikumsallam, ada apa Adel? Kenapa teriak-teriak sih? Gimana hasilnya sayang?” tanya Mama tak sabar.
“Hehe Mama nanyanya borongan nih, Adel seneng Ma. Adel LULUS dan meraih juara 2 Mamaaaa. Makasih Mama.” Ucap Adel lalu memeluk Mama. “Semua ini ga akan lepas dari doa Mama juga, Adel sayang Mama.” Tambah Adel.
“Alhamdulillah.. iya sayang, Mama bilang juga apa? Adel anak Mama ini adalah anak yang membanggakan. Selamat ya sayang, Mama bangga sama kamu.” Jawab Mama sambil memeluk dan mencium kening Adel.
(Beberapa waktu berlalu, Adel berniat melanjutkan sekolahnya ke SMA favorit di kotanya dan tiba waktu dimana Adel melaksanakan MOS)
“Mamaa.. Adel berangkat dulu ya, Ma.” ucap Adel sambil mencium tangan Mamanya.
Ibu Karlina tersenyum dan sedikit tertawa melihat anaknya. “Kamu lucu banget Del.” Ucap Mama kepada Adel.
“Iya nih, Ma. Aneh banget ya? Habis kakak kelasnya ada-ada aja nih.” Sahut Adel dengan sedikit menggembungkan pipinya. “yaudah Adel berangkat dulu ya Ma, Assalammualaikum.”
“Waalaikumsallam, hati-hati ya Del.” Tukas Mama.
(di sekolah baru, tepatnya SMA. Adel dan semua teman-teman barunya dibimbing oleh Kakak panitia MOS)
“Haiii semuanya, apa kabar nih kalian semua?” sapa salah satu kakak OSIS di SMA, Gilang.
“Kabar baik, kakak.” Jawab semua calon siswa baru serentak.
(selama kegiatan MOS berlangsung, ada yang memusatkan perhatian Adel)
“Age..” ucap Adel dalam hati saat melihat seorang anak laki-laki yang mengikuti MOS bersamanya. “dia lanjut sekolah di sini juga ternyata.” Adel seolah mengingat akan sesuatu yang pernah ada di hidupnya.
Ya, Age adalah seorang laki-laki yang pernah Adel cintai diam-diam saat masih SMP dulu. Sepertinya sosok Adel tak dikenal oleh Age. Namun bukan karena Age sombong, hanya saja Age merupakan seorang anak laki-laki pendiam dan tidak banyak tingkah.
“Hei Del..” terdengar suara seorang laki-laki.
“Hei.. kamu siapa? Kok tahu namaku?” tanya Adel heran.
Laki-laki itu mengulurkan tangan kanannya ke arah Adel “kenalin, aku Zian Ramadhan. Iya lah kan aku baca di papan nama kamu” jawab Zian.
Adel langsung menoleh papan namanya “Oh iya hehe aku enggak sadar. Iya Zian salam kenal, aku Adelia Destiarinjani.” Jawab Adel kepada Zian. Adel menoleh mencari sosok laki-laki yang sejak tadi dipandanginya, Age. Namun Age sudah hilang dari pelupuk mata.
“Hei Adell...” sapa Zian sambil menggerakan tangannya ke depan muka Adel. “Cari apa sih, Del?” tanya Zian penasaran.
“E..e..e.. enggak kok, gak cari apa-apa.” Jawab Adel gugup. “Yasudah aku masuk kelas dulu ya, Zian.” Sahut Adel lalu masuk ke dalam kelas.
(di dalam kelas, ternyata Adel sekelas dengan Age)
“Boleh aku pinjam pulpennya?” tanya seorang laki-laki kepada Adel.
Adel langsung menoleh ke arah suara tadi. “Age..” ucap Adel pelan.
“Kamu tau nama aku?” tanya Age sembari tersenyum.
“mmm... Kamu mau pinjam pulpen yang mana? Ini pulpennya.” Tukas Adel mengalihkan pembicaraan karena merasa salah tingkah.
“Iya, aku pinjam dulu ya.” Ucap Age.
“Dia ga kenal aku? Dan dia ga ngajak aku kenalan?” tanya Adel kepada dirinya sendiri, sontak membuat dia merasa sedih dan sedikit lesu dari sebelumnya.
(beberapa waktu kemudian)
Adel masih memasang wajah cemberutnya setelah kejadian tadi.
“Adelia...” suara seorang laki-laki yang tadi meminjam pulpen Adel.
“Yaa...” jawab Adel dan langsung menoleh dengan terkejut. Bagaimana tidak, Age memanggil Adel.
“Ini terimakasih ya pulpennya” Ucap Age kepada Adel sembari memberikan pulpen Adel.
“Oh iya, sama-sama.” Jawab Adel dengan tersenyum.
(di rumah)
Setelah kejadian tadi, Adel lebih sering memikirkan Age. Akhirnya Adel mencoba membuka Aplikasi Facebook yang ada dalam Iphone-nya, lalu ia menyentuh opsi “SEARCHING” dengan memasukkan rangkaian kata “Age Hilman Lubis”.
“Duh Ge, kenapa kita satu sekolah lagi? Apa aku bisa ngendaliin perasaan aku sama kamu, padahal aku udah coba lupain rasa ini.” Ucap Adel melamun sambil memandangi foto Age yang sejak tadi ia perhatikan di akun facebook Age.
(beberapa saat kemudian)
“Del, gimana seru enggak MOS dan sekolah barunya?” tanya Mama mengagetkan Adel yang sedang membaca novel Marmut Merah Jambu karya penulis tersohor, Raditya Dika.
Adel langsung menutup novelnya saat mendengar suara Mamanya “Yaa.. begitulah, Ma. belum bisa dijelasin secara detail mengenai sekolah baru sih. Hanya saja acara MOS nya bikin capek, tapi seru Ma. Di situ Adel bisa banyak belajar dari kakak panitia MOS.” Jawab Adel dengan nada kurang semangat.
“Semoga kamu bisa menjadi lebih baik lagi ya sayang.” Ucap Mama kepada Adel.
“Iya, Ma.” Timpal Adel singkat.
“Yaudah kamu lanjutin lagi tuh baca novelnya, Mama mau nyiram bunga di taman belakang rumah. Tapi ingat jangan novel aja yang dibaca tapi baca buku pelajaran sekolah juga ya.” Pesan Mama kepada Adel dan langsung pergi meninggalkan kamar Adel.
(beberapa bulan berlalu, akhirnya tiba pada bulan Desember yakni bulan kelahiran Adel. Adel merasa aneh dengan tingkah Age yang semakin hari seakan terus mencoba mendekatinya. Namun tak hanya Age yang mencoba mendekati Adel, tapi Zian. Zian lebih perhatian kepada Adel dibanding Age)
*di sekolah*
“Hai, Del.. kamu suka boneka enggak?” tanya Zian saat Adel sedang duduk di kantin sekolah.
“Boneka? Boneka apa, Ziy? Suka-suka aja sih. Emang kenapa?” tanya Adel penasaran.
“Kamu suka boneka apa, Del?” tanya Zian lagi.
“Semua boneka aku suka.” Jawab Adel singkat sambil terus meminum jus jeruk yang sejak tadi sudah ia pesan di kantin.
“Oh.. Del ini semua biar aku yang bayar ya.” Timpal Zian sambil menunjuk semua makanan yang ada di meja Adel. “Aku duluan ke kelas ya, Del.” Tukas Zian terburu-buru dan membayar semua menu yang Adel pesan di kantin.
“Eh.. eh Zian, kok?” tanya Adel heran.
Zian hanya menjawab dengan senyuman sambil mengacungkan jempolnya, lalu pergi meninggalkan kantin.
“Hm, aneh banget sih Zian.” Ucap Adel pelan.
(di kelas)
Pandangan Adel tertuju pada sesuatu yang ada di atas mejanya, sebuah kertas merah jambu yang bertuliskan “Adel, semoga hari-hari kamu selalu menyenangkan ya agar aku bisa selalu melihat senyuman manis kamu setiap hari. By: Age”
Sontak Adel langsung menoleh ke arah Age dan ternyata Age pun sedang memperhatikan Adel sejak tadi “Ini?” tanya Adel sambil mengisyaratkan kertas merah jambu itu kepada Age.
Dan Age hanya menjawab dengan anggukan. Tak bisa dipungkiri, itu membuat Adel merasa sangat senang.
(pulang sekolah)
“Del pulang bareng yu.” Ajak Zian kepada Adel.
“Bareng? Enggak deh Zi makasih aku enggak mau ngerepotin kamu.” Timpal Adel kepada Zian merasa tak enak hati.
“Iya udah ayo, Del. It’s Ok no problem.” Jawab Zian sembari senyum.
Tanpa disadari, Age memperhatikan Adel dan Zian di pojok parkiran.
“Zian perhatian banget sama Adel.” Ucap Age dalam hati.
(di rumah)
Handphone Adel berdering tanda ada panggilan masuk, dan Adel langsung menghampiri dan mengambil handphone-nya.
“Zian? Ada apa ya dia nelpon malam-malam begini?” tanya Adel sambil memandangi handphone-nya yang sedari tadi ada panggilan masuk dari Zian. “Iya hallo Zian, ada apa?” tanya Adel saat menerima panggilan dari Zian.
“Del, aku pengen ngomong sesuatu sama kamu.” Ucap Zian serius.
“Ngomong apa Zi? Ngomong aja.” Tanya Adel penasaran.
“Del, jujur dari awal aku ketemu kamu, aku udah jatuh cinta sama kamu Del dan setelah aku mengenal kamu lebih dekat, aku semakin jatuh cinta sama kamu. Aku pengen kamu jadi kekasih aku, Del. Apakah kamu mau?” Ungkap Zian dengan nada sedikit ragu dan penuh kehati-hatian.
Adel termenung mendengar ucapan Zian. “Zian udah baik banget sama aku, aku ga mungkin nyakitin hati dia, tapi aku enggak cinta sama Zian. Aku menganggap dia hanya sebatas teman baikku.” Ucap Adel dalam hati.
“Kamu.. Kamu serius Zian?” tanya Adel kurang yakin.
“Iya Del aku serius, malah duarius. Gimana Del, kamu mau kan?” tanya Zian.
“Hm, yasudah kalau begitu. Iya aku mau Zi.” Jawab Adel sedikit ragu.
“Beneran Del? Aku seneng banget, makasih ya Del. Aku sayang sama kamu, Del.” Ucap Zian dengan girang.
“Iya, Zi. Oh iya Zian udah dulu ya aku mau belajar lagi.” Ucap Adel dan langsung menutup telepon.
Adel merasa sakit dengan keputusannya sendiri, namun mau bagaimana lagi, Zian sudah banyak berbuat baik kepadanya sehingga membuat Adel merasa tidak enak untuk menolaknya.
“Ya Allah... kenapa harus Zian?” tanya Adel setengah terisak. “Aku mencintai Age, bukan Zian.” Tambah Adel tak terasa air matanya mengalir.
Beberapa hari berlalu, Adel menjadi kekasih Zian. Zian sangat perhatian dan baik kepada Adel, namun hati Adel tetap kokoh kepada satu nama, Age.
“Zi.. an..” ucap Adel sedikit terbata saat sedang bersama Zian sepulang sekolah.
“Iya, Del.” Jawab Zian.
“Zi, maafin aku ya sebelumnya. Aku rasa sepertinya kita sahabatan aja, aku merasa kurang nyaman dengan status dan hubungan ini.” Papar Adel kepada Zian.
Ucapan Adel sontak membuat Zian kaget dan mengerem motornya.
“Hah, kenapa Del? Kamu enggak nyaman sama aku? Atau ada sikap dan ucapan aku yang membuat kamu enggak nyaman?” tanya Zian dengan rasa sakit yang mengganjal di hatinya.
“Enggak ada kok Zi, aku hanya merasa bahwa kita akan lebih nyaman dan cocok jika menjadi sahabat saja. Bukan sepasang kekasih. Maafin aku, Zi.” Ucap Adel tertunduk merasa bersalah.
“Iya, Del aku mengerti. Cinta memang enggak bisa dipaksakan, maafin aku ya Del jika selama ini aku sudah membuat kamu enggak nyaman, benar apa kata kamu Del lebih baik kita sahabatan aja.” Timpal Zian sembari tersenyum kepada Adel “Udah dong gausah sedih gitu, aku mengerti kok Del.” Tambah Zian.
“Kamu baik banget, Zi. Makasih ya kamu udah ngertiin aku.” Ucap Adel tersenyum kepada Zian.
(beberapa hari berlalu, tiba pada hari dimana umur Adel tepat 16 tahun. Read: 27 Desember 2014)
“Happy birthday Adeeeeeel.” Teriak Mama dan Papa Adel pada malam hari di kamar Adel saat Adel masih tertidur.
“uhh, “ keluh Adel sambil mengucek matanya. “Mama Papaaaa.” Ucap Adel kaget melihat Orang Tua nya yang sudah ada di dalam kamarnya sambil membawa Rainbow Cake yang dihiasi lilin bertuliskan angka 16 sesuai umurnya saat itu. “Aaaahhh, makasih Ma, Pa. Adel terharu.” Ujar Adel sambil memeluk kedua orang tuanya.
“Iya sayang, selamat ya semoga umurnya berkah. Semua doa yang terbaik dari kami untukmu.” Ucap Orang Tua Adel.
“Happy birthday ya Adel.” Ucap suara yang mengejutkan Adel.
Adel langsung menoleh kepada arah suara “Agee..” ucap Adel sambil tersenyum. “kok kamu ada di sini, Ge? Kamu tahu aku hari ini ulang tahun, dan kamu tahu rumahku. Tahu dari mana?” tanya Adel penasaran.
“Iya, Adel.” Jawab Age singkat sembari tersenyum.
“Age ke sini sama aku, Del.” Jawab Zian.
“Zian?” timpal Adel heran.
“Iya Del.” Ucap Zian “udah ayo cepetan tuh bilang.” Ujar Zian pelan kepada Age sembari menyenggol Age seolah memberi isyarat kepada Age.
“Iya nanti sabar sebentar Zi, aku malu nih.” Ungkap Age setengah berbisik kepada Zian.
“Ah lama banget sih, Ge.” Tukas Zian. “Del, ini si Age mau ngomong sama kamu.” Tambah Zian kepada Adel.
Age menyubit tangan Zian, “Usil banget sih kamu Zian.” Ucap Age berbisik kepada Zian.
“Ada apa sih Ge, Zi? Kayaknya serius banget sampe bisik-bisik begitu?” tanya Adel kepada Age dan Zian dengan penuh rasa penasaran.
Mama dan Papa Adel hanya tersenyum dan tertawa geli melihat tingkah kedua teman Adel itu, Age dan Zian. Lalu mereka semua menuju ke ruang tamu, namun orang tua Adel meninggalkan Adel dan teman-temannya untuk mengobrol.
(di ruang tamu)
“Del..” sapa Age gugup kepada Adel.
“Hm, Del toilet dimana ya?” tanya Zian kepada Adel.
“Itu Zi, kamu dari sini lurus aja terus nanti belok kanan, di situ.” Jawab Adel.
“Aku ke toilet dulu ya Del, Ge.” Ucap Zian kepada kedua temannya.
(Zian tidak pergi ke toilet melainkan dia memberikan kesempatan Age dan Adel berbicara berdua)
“Heiiii Zian..” suara seorang perempuan memanggil Zian sambil berbisik.
Zian menoleh ke arah suara “Winda, Gisella, kalian di sini juga?” tanya Zian.
“Iya, Zi. Kamu lagi apa di sini? Mau kasih surprise juga untuk Adel?” tanya Winda.
“Udaaah dong.. itu aku lagi nganterin si Age.” Jawab Zian.
“Agee?” tanya mereka serentak saling berpandangan heran.
“Iyaa..” Jawab Zian
“Ngapain dia ke sini Zi” tanya Gisel penasaran.
“Sssstttt... kalian jangan berisik dong, kalo mau tau lihat aja tuh.” Jawab Zian sambil menunjuk ke arah Age dan Adel yang sedang berbincang di ruang tamu.
“Oooohhhh...” timpal Gisel dan Winda sambil terus memperhatikan Adel dan Age.
(di ruang tamu)
“Oh jadi kamu itu alumni SMP Negeri 1 juga, Del? Kok aku enggak tau ya?.” Tanya Age dengan penuh penasaran kepada Adel.
“Iya Age.. ah kamu ini kemana aja selama SMP. Aku kan anggota OSIS juga, masa kamu enggak tahu aku sih.” Ujar Adel dengan nada sedikit kesal.
“Hehehe iya Del, aku gatau.” Jawab Age sambil nyengir.
“eh Del?” ucap Age menggantung dan terdengar serius.
“Iya Age?” jawab Adel.
“Aku mau bicara sesuatu sama kamu.” Ungkap Age sedikit kaku.
“Iya apa, Ge?” tanya Adel penasaran.
“Aku suka sama kamu, Del.” Tukas Age sedikit malu-malu.
“Kamu suka sama aku, Ge?” Tanya Adel seolah tak percaya.
“Iya aku suka sama kamu, Del. Aku mau jadi orang yang special di hari special kamu.” Papar Age kepada Adel. “Maukah kamu jadi kekasih aku, Del? Bukan kekasihku saat ini saja tetapi saat ini hingga nanti, aku ingin serius dengan kamu, Del.” Tambah Age menjelaskan.
“Aku mau jadi kekasih kamu, Ge. Sebenarnya aku udah menyukai kamu sejak lama ketika kita masih SMP namun sepertinya kamu enggak mengenal aku.” Tukas Adel kepada Age.
“Apa? Kok kamu enggak ngomong sama aku, Del?” tanya Age kepada Adel.
(tiba-tiba)
“cie...cieee...cieeeeeee” terdengar suara ledekan teman-teman Adel, Winda dan Gisella.
“Eh kalian, Windaa... Gisell.. sejak kapan kalian di situ?” ujar Adel dengan nada sedikit malu.
“Sejak kalian berdua di situ hehe..” jawab Gisel nyengir.
“Selamat ulang tahun yaa Adelia Destiarinjaniiiiii...” ucap Gisella dan Winda sambil membawa Blackforest cake bertuliskan HAPPY BIRTHDAY ADEL dan mereka langsung memeluk Adel.
“Makasih banyak ya Gis, Win, aku sayang kalian...” tukas Adel kepada kedua sahabatnya.
“Iyaa Adel cantik.. kalo sayang berarti bagi traktirannya dong.. ya ga Gis?” ledek Winda kepada Adel. “berarti traktirannya dua nih Win, ulang tahun dan jadian..” sahut Gisell sambil tertawa.
“Kalian ini yaaa...” sambil mengacak-acak rambut kedua sahabatnya.
“Aku juga kebagian traktiran dong yaa...” kata Zian tak mau kalah.
“Hahaha kamu juga ga mau kalah ya Zi.” Sahut Age kepada Zian.
“Iya dong...” jawab Zian setengah nyengir.
“Eh Del, ini kado untuk kamu. Aku hampir lupa.” Ucap Age sambil memberikan bingkisan berlapiskan kertas kado berwarna merah jambu bergambar hati.
“Makasih ya, Ge.” Jawab Adel sambil tersenyum dan menerima kado dari Age.
“cie so sweet banget, langgeng ya kalian..” sapa Gisel, Winda dan Zian kepada Adel dan Age.
“Iya aamiin, terima kasih ya semuanyaaaa.” Jawab Age dan Adel bersamaan.
Lalu serentak mereka semua tertawa.

-The End- *Happy Ending*